mommy cita & zeta

Sinopsis “Memoirs of a Geisha”

Posted on: Juli 30, 2008

Pada tahun 1929, dikisahkan seorang anak berusia sembilan tahun bernama Chiyo, tinggal di sebuah kampung nelayan kecil di kota Yoroido, Jepang. Ia tinggal bersama seorang kakak perempuan yang bernama Satsu dan kedua orang tuanya.

Kondisi keluarga mereka sangat miskin, ayahnya sudah tua untuk mencari nafkah sedangkan ibunya sedang sakit parah. Tidak tahan dengan beban tersebut akhirnya Chiyo dan Satsu di jual oleh ayahnya melalui tuan Tanaka kepada Nitta Okiya, salah satu pemilik rumah geisha di distrik Gion. Chiyo di ambil untuk tinggal di Okiya karena dianggap memenuhi kriteria yang memadai untuk didik menjadi seorang geisha, sedangkan Satsu bernasib malang ia di jual kesebuah rumah pelacuran. Kakak beradik tersebut akhirnya terpisah.

Selain Nitta Okiya ada beberapa penghuni lain yaitu bibi yang mengurus rumah tangga, Pumpkin, seorang gadis kecil seusia Chiyo yang sama-sama di latih untuk menjadi seorang geisha, dan satu penghuni lagi si cantik Hatsumomo, satu-satunya geisha di Okiya yang banyak menghasilkan yen bagi Nitta Okiya. Hatsumomo termasuk salah satu geisha tercantik di distrik Gion.

Kehadiran Chiyo di Okiya, rupanya tidak membuat Hatsumomo senang, dia melihat potensi besar pada diri Chiyo yang membuatnya takut tersaingi. Chiyo memiliki mata biru keabu-abuan yang membuat wajahnya tidak biasa dibanding gadis-gadis jepang lainnya, dan tentu saja Chiyo juga memiliki paras yang cantik sehingga jika dilatih sejak kecil, Chiyo bisa tumbuh menjadi seorang geisha yang terkenal dan banyak diminati, hal tersebut sangat ditakuti olehnya. Karena alasan tersebut, Chiyo mendapat perlakuan buruk. Dengan berbagai cara Hatsumomo berusaha agar Chiyo tidak mendapat pelatihan untuk menjadi seorang geisha.

Suatu ketika, dalam kondisi mabuk Hatsumomo membawa sebuah kimono mahal yang dicuri dari Mameha, seorang saingannya sebagai geisha. Mameha adalah geisha paling berhasil di distrik Gion. Hatsumomo memaksa Chiyo untuk merusak kimono Mameha dan tentunya Chiyo harus mengembalikan kimomo rusak tersebut ke Mameha. Chiyo terpaksa mau dengan harapan Hatsumomo akan memberitahu rumah pelacuran tempat Satsu tinggal.

Hatsumomo memenuhi janjinya memberitahukan dimana Satsu, akhirnya Chiyo dengan sembunyi-sembunyi dapat bertemu dengan kakak-nya, Satsu dan merekapun berencana untuk melarikan diri. Ketika Chiyo kembali ke Okiya, dia mempergoki Hatsumomo tengah berkencan dengan pacarnya, ketakutan ketahuan Hatsumomo, bersiasat dengan menyuruh Chiyo mengambil uang kekamarnya, dan Hatsumomopun lari dari tangga kamar dan berteriak-teriak bahwa Chiyo telah mencuri perhiasannya dan akan membawanya kabur dari Okiya, dan Chiyo harus menanggung amarah dan pukulan dari Hatsumomo dan Okiya yang biasa mereka sebut dengan “ibu”. Chiyo berusaha membela diri dengan menceritakan apa yang dilihatnya pada Ibu, ternyata cerita Chiyo ditanggapi oleh Nitta Okiya. Dia tahu bahwa Hatsumomo berbohong dan langsung memeriksa badan Hatsumomo, dan ternyata benar bahwa hatsumomo baru berkencan dengan seorang pria.

Nita Okiya akhirnya berpikir, untuk mendidik Chiyo dengan sungguh-sungguh menjadi seorang geisha, dan diapun menutup akses yang memungkinkan Chiyo tidak bisa kabur dari Okiya.

Sesuai kesepakatan dengan Satsu, Chiyo bermasuk kabur bersama, tetapi dia kesulitan karena semua pintu keluar sudah terkunci salah satu akses yang menungkinkan yaitu keluar melalui atap. Namun keberuntungan belum berpihak kepadanya, Chiyo jatuh dari atap dan membuat tangannya patah. Karena ulahnya tersebut, Chiyo terancam menjadi pelayan seumur hidup dan berbagai pelatihan untuk menjadi seorang geisha dihentikan.

Chiyo mendapat kabar dari tuan Tanaka melalui suratnya, bahwa Satsu telah kabur dari rumah pelacuran, dan pergi entah kemana bersama pacarnya dari Yoroido, dan tidak terdengar sama sekali kabarnya, sedangkan kabr yang lebih buruk yaitu kedua orang tua mereka telah meninggal dunia. Berita tersebut telah memukul perasaan Chiyo. Dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi.

Ketika Chiyo sedang menangisi nasibnya disebuah jembatan, Dia dihampiri oleh seorang pria dewasa bernama Ken Iwamura, yang membelikannya kembang gula, lalu memberinya uang yang dibungkus dalam sebuah saputangan. Chiyo sangat bahagia, tiba-tiba tumbuh keinginannya untuk menjadi seorang geisha dengan harapan kelak dia bisa berjumpa kembali dengan pria yang membelikannya kembang gula.

Beberapa tahun kemudian, Chiyo menarik perhatian Mameha – geisha paling berhasil di distrik Gion dan geisha yang mendapat penawaran tertinggi untuk melepas keperawanannya. Mameha adalah musuh bebuyut Hatsumomo. Hal tersebut merupakan salah satu alasan Mameha mendidik Chiyo untuk menjadi seorang geisha. Mameha menjelaskan kenapa Hatsumomo kurang berhasil menjadi geisha padahal dia sangat cantik dan berbakat. Keberhasilan seorang geisha bukan hanya bermodal cantik dan berbakat, tetapi berhasil mendapatkan seseorang yang mau menjadi pemberi dana untuk membiayai hidup seorang geisha yang sangat mahal, mengingat gaya hidup geisha yang serba mahal dan mewah. Dan Mameha mengakui, dia berhasil jadi geisha yang sukses secara materi karena dia mendapat sokongan dana dari orang yang kuat secara materi dan politik.

Akhirnya Mameha mengangkat Chiyo sebagai penerusnya yang akan dia bimbing menjadi seorang geisha yang berhasil, sedangkan Hatsumomo mengangkat Pumpkins sebagai penerusnya. Hatsumomo melarang pumpkins untuk bicara dengan Chiyo karena dianggapnya sebagai pesaing Pumpkins. Hubungan persahabatan Chiyo dan Pumpkins pun akhirnya terputus.

Seiring berjalannya waktu, Mameha membentuk Chiyo menjadi seorang geisha yang cantik, berkepribadian, pandai menyanyi, menari dan bermain musik. Dan Chiyo-pun mendapat nama baru yaitu Sayuri. Geisha Sayuri berhasil menyita perhatian banyak orang dan terkenal di Gion, dia banyak bertemu tamu-tamu yang berasal dari kelas atas baik politikus, pengusaha besar dan yang terpenting Sayuri bisa bertemu dengan Ken Iwamura, yang ternyata seorang pemimpin dari sebuah perusahaan besar. Puncak dari populeritasnya sebagai geisha, Sayuri menjadi geisha yang mendapat penawaran tertinggi untuk melepas keperawanan. Orang yang berhasil memberi penawaran tertinggi yaitu seorang dokter yang bernama Dr. Crab. Uang yang diperoleh tersebut cukup untuk melunasi hutang Chiyo pada Nitta Okiya, sehingga pada akhirnya Chiyo bisa terlepas dari cengkraman Nitta Okiya.

Keberhasilan Sayuri menjadi seorang geisha yang sangat terkenal, berpengaruh pada keputusan Nitta Okiya untuk mengadopsi Pumpkins, dan akhirnya ia membatalkan mengadopsi Pumpkins dan memilih Sayuri sebagai ahli waris Okiya dengan mengubah nama Chiyo menjadi Nitta Sayuri. Adapun alasan memilih Sayuri karena Sayuri akan menjadi tambang emasnya dan menjadi ahli warisnya di kemudian hari. Keputusan tersebut membuat persaingan dengan antara Sayuri dan Pumpkins semakin meruncing.

Beberapa tahun berlalu, Sayuri semakin popular dan menjadi geisha yang memiliki banyak pelanggan yang tentunya berasal dari kalangan pengusaha besar dan pejabat tinggi yang mampu memberi imbalan besar atas jasanya. Sedangkan populeritas Hatsumomo semakin meredup dan salah satu penyebabnya Sayuri dan Mameha memotong langkah Hatsumomo agar tidak popular lagi, sebagai akibatnya Hatsumomo pun di usir dari Okiya selain sudah tidak menghasilkan keuntungan untuk Nitta Okiya, juga terlibat perkelahihan dengan Sayuri yang mengakibatkan terbakarnya sebagian Okiya. Kabar terakhir dikisahkan, Hatsumomo menjadi seorang pelacur di Miyagawa-Cho dan akhirnya tewas karena kebanyakan mabuk.

Kembali ketujuan awal Sayuri menjadi seorang geisha yaitu untuk dapat berhubungan dengan Ken Iwamura atau orang-orang memanggilnya ketua atau pemimpin dari sebuah perusahaan besar. Hasratnya kembali bergelora untuk mendekati sang ketua, cintanya yang sejak lama dia pendam semakin kuat, dan Sayuri melihat adanya kemungkinan yang bisa mendekatkan mereka, karena sering kali dirinya diundang untuk menemani ketua dan temannya Nobu di berbagai acara jamuan. Harapannya sang ketualah yang tertarik kepadanya ternyata, Nobu lah yang tertarik kepada Sayuri, dia sanggup untuk untuk menjadi penyokong dana untuk memenuhi kebutuhan Sayuri, dan Sayuri menerima hal tersebut karena tidak ada satupun laki-laki di Gion yang sanggup secara permanent menjadi penyokong dana bagi dirinya, pada dasarnya sayuri kecewa karena dia berharap sang ketua lah yang akan menjadi penyokong dana bagi kehidupannya.

Perang dunia ke-dua pun pecah, seluruh rakyat Jepang yang berjenis kelamin laki-laki wajib mengikuti wajib militer dan yang tidak mengikuti perang diwajibkan bekerja di pabrik-pabrik untuk memenuhi kebutuhan tentara jepang yang sedang berperang. Komplek Geisha di Gion-pun ditutup, para wanitanya di kirim ke pabrik-pabrik untuk bekerja, Nasib Mameha dan Sayuri lebih baik, mereka dapat pertolongan dari ketua dan dikirim ke pabrik tektil yang kondisinya tidak terlalu berat untuk dikerjakan oleh Sayuri dan Mameha. Selama di pabrik tekstil tersebut Sayuri harus bekerja berat di tengah terik matahari yang tentunya merusak kulitnya dan tubuhnya mengurus Karena kekurangan gizi. Tetapi Sayuri menyadari keadaan tersebut dan dia harus bersabar dan menjalani hidup di desa kecil tersebut demi kelangsungan hidupnya.

Akhirnya perangpun usai, dengan kekalahan Jepang setelah bom otom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kondisi Jepang mulai tenang, walau dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Distrik Gion mulai dibuka kembali, dan Nobu pun data kembali untuk menjumpai Sayuri, dan meminta bantuannya dan sang ketua untuk menjamu relasi bisnisnya karena Nobu dan sang ketua sedang merintis bisnis mereka yang sempat hancur akibat perang. Dan Nobu pun menyatakan perasaan dan kesanggupannya untuk menjadi penyokong dana Sayuri. Perasaan Sayuri bercampur aduk antara senang dan kecewa, karena dia berharap sang ketualah yang akan memberi tawaran tersebut. Cinta terpendamnya untuk sang ketua semakin berat dia rasakan. Karena Sayuri tidak mampu menolak tawaran Nobu maka dia memutuskan akan membuat Nobu marah dengan tidur dengan lelaki lain dan akhirnya dia bisa lepas dari Nobu. Akhirnya Sayuri kembali ke Gion dan bertemu Mameha – yang sudah tidak punya penyokong dana lagi- dan Pumpkins yang kini menjadi seorang pelacur dan ternyata merekapun hadir sebagai penghibur di acara perjamuan bisnis tersebut. Sayuri membuat keputusan untuk tidur dengan salah seorang menteri yang hadir diperjamuan tersebut, dan meminta Pumpkins untuk membawa Nobu ketempat dia dan menteri, dengan harapan Nobu marah dan melepaskannya. Ternyata kenyataan berubah, Pumpkins mengajak sang ketua dan Nobu untuk menyaksikan Sayuri sedang berhubungan intim dengan sang menteri. Keadaan tersebut tentu jasa membuat Sayuri malu dan terpukul. Akhirnya Sayuri mengetahui alasan Pumpkins membuat hidupnya hancur, sebagai upaya balas dendam Pumpkins karena seharusnya dialah yang di adopsi sebagai anak Nitta Okiya bukan Sayuri.

Setelah kejadian memalukan tersebut berlalu, Sayuri merasa hidupnya hampa, tetapi dia sadar hidup masih harus tetap berjalan dan diapun sudah bebas dari Nobu. Suatu hari ada tawaran untuk menghidur tamu disebuah “Tea Hause”, dia sendiri belum mengetahui siapa orang yang meminta jasanya tersebut. Pergilah Sayuri ketempat perjamuan tersebut, ternyata di sana ada sang ketua “Ken Iwamura”. Perasaan haru, takut, malu dan rasa rindu yang dia pendam akhirnya pecah juga, ternyata perasaannya berbalas, dan Sayuri mengetahui pakta lain bahwa sebenarnya sang ketua lah yang meminta Mameha untuk menjadikan Sayuri sebagai geisha yang terkenal dan melindunginya. Dan tentunya sang ketua pun mencintai sayuri. Sang ketua menawarkan diri untuk menjadi penyokong dana untuk Sayuri, dan Sang ketuapun membayar mahal kepada Nitta Okiya agar membebaskan Sayuri dan menjadi miliknya dan tidak menjadi seorang geisha lagi.

Akhirnya Sayuri menjadi simpanan dari sang ketua, Sayuri menemani sang ketua di sebuah Villa yang dibeli sang ketua, dan menghiburnya dari tahun ketahun, tetapi tidak membuatnya bosan karena Sayuri berpikir itulah takdirnya untuk selalu bersama sang ketua, lelaki cinta pertama dan terakhirnya.

Beberapa tahun kemudian Sayuri pindah ke New York dan membuka Tea House miliknya sendiri. Dan Sayuri menghabiskan sisa hidupnya di sana.

2 Tanggapan to "Sinopsis “Memoirs of a Geisha”"

novel dengan riset yang lama

This is the most unfairly maligned film of the year. Some critics took it upon themselves to be the defenders of Japanese culture (without fully researching their arguments) and, in the process, betrayed their own racism. “The film is inauthentic because the actresses do not wear matronly bouffants,” one said. Riiiiiight. Matronly bouffants are a Western stereotype! But in any case, some of them do and some don’t! THAT’S authenticity. I guess critics wouldn’t know that writing reviews without seeing the film or walking out long before it’s over (some, such as Jeff Wells, do).

Anyway, it’s a fantastic film and more than deserving of multiple Academy award nominations – which it may not get thanks to the fact that so many people decided they wanted to use the film as the sacrificial lamb for a half-baked debate about international politics, rather consider that pan-Asian casting for major roles is NOTHING new (it’s true of House of Flying Daggers, The Joy Luck Club and even Crouching Tiger) and that this film’s production might represent international cooperation at its best.

Look out for Gong Li and Youki Kudoh in RICHLY developed supporting roles. The supporting males, while obviously not as well developed since they spend less time in the geisha quarters, still give incredible performances. Ken Watanabe was excellent, but I particularly enjoyed the performance of the actor playing Nobu. Oprah is right about the sets and costumes; they (amongst other things) make you want to savor every moment of the film. Some people have argued that the brilliant colors make it seem like some sort of Orientalist fantasy. Truth is that this would only be the case if we saw a departure from a more sedate West to a flamboyant East; instead, the film opens in a rather sedate part of Japan and then takes us to the more colorful geisha district (which introduces this fascinating paradox of great suffering in a milieu of tremendous beauty). We know from Chicago that it’s simply Rob Marshall’s aesthetic to make everything the height of beauty, even if it’s a slum. God forbid ENTERTAINMENT CIRCLES should be presented as visually spectacular! The film is by turns funny, moving and, yes, thrilling. Gasps in the audience for the film’s third act gave way to sniffles. Ziyi Zhang really managed any language difficulties well; her face has this ripple effect when she’s emoting. It’s stunning to behold. If I were voting for the Oscars, I’d definitely give her a nomination at the very least. And homegirl can dance, too! Her performance and the film itself are not boring at all; audience members laughed when she was trying to be funny and sighed when she was suffering. IMO, too much happens in the film for it to get boring; there’s a strong balance between the rivalries, the details about geisha entertainment and the romance. In the final scene, it all comes full circle. I won’t tell you how. See for yourself.

My #1 film of the year. Brokeback Mountain, Chronicles of Narnia, Howl’s Moving Castle, King Kong and Grizzly Man aren’t far behind.

Tinggalkan komentar